Kamis, 07 April 2011

SEMANA SANTA LARANTUKA

Semana Santa adalah suatu tradisi bagi umat Katolik di tanah Nagi (Larantuka) Di Nagi orang kenal Pekan Semana Santa sebagi  Hari Bae.  Karena selama pekan Semana Santa umat katolik di Larantuka hidup dalam permenungan, mereka menyambut hari bae ini dengan sejumlah ujud doa.
 
Kota kecil yang terletak di ujung pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini menyimpan ritual religius umat Katolik yang rutin dilaksanakan setiap tahun menjelang perayaan Paskah. Ritual ini yang dikenal dengan sebutan Pekan Semana Santa. Ritual keagamaan ini menyedot perhatian ribuan peziarah seentero dunia untuk datang berziarah di kota Reinha Rosari Larantuka ini.

Di usianya yang sudah mencapai 5 abad pada tanggal 07 Oktober 2010 lalu Prosesi Semana Santa menjadi semakin menyedot perhatian umat Katolik di seantero dunia. Pada tahun 2010 kunjungan umat mengikuti ziarah Prosesi Semana Santa di Nagi semakin membeludak, Hadir pada cara Semana Santa Tahun 2010,  Gubernur NTT,  Drs. Frans Lebu Raya dan  Ny. Lusia Adinda Lebu Raya,  Duta Besar Portugal, YM. Carlos Manuel Letiao Frota dan Ny. Arlinda Frota, Ketua Asosiasi Pariwisata Indonesia Portugal, Harry Haryono, Ketua Badan Anggaran DPR-RI, Melkianus Mekeng para Bupati dari semua kabupaten di NTT dan puluan ribu umat peziarah.

Peristiwa Semana Santa dirangkaikan dengan prosesi patung Tuan Menino melalui laut dan prosesi Tuan Ma dan Tuan Ana menuju Gereja Katedral Larantuka dilanjutkan dengan perayaan ekaristi kudus. Usai ekaristi dilanjutkan dengan Prosesi Jumad Agung mengarah patung Tuan Ma (Patung Bunda Maria) mengelilingi 8 Armida dan puncaknya  di Gereja Katedral.

Tradisi keagamaan turun temurun setiap menjelang Paskah pada hari  Jumad Agung. Kota Larantuka yang merupakan tonggak sejarah ditemukan patung Tuan Ma pada lima abad lalu. Reinha Rosari adalah terjemahan dari bahasa latin yang berarti Bunda Berdukacita, yang merupakan asal mula ditemukannya Tuan Ma (Patung Bunda Maria) oleh warga setempat. Reinha Rosari merupakan julukan bagi kota Larantuka, Kota kecil yang terletak di sepanjang kaki gunung Ile Mandiri ini memiliki sejarah tersendiri karena merupakan kota tua tempat awal penyebaran agama Katolik di wilayah Flores oleh sejumlah misionaris Katolik dari negara Portugis.
 
Reinha Rosari adalah terjemahan dari bahasa latin yang berarti Bunda Berdukacita, yang mana asal mula ditemukannya Tuan Ma (Patung Bunda Maria) oleh warga setempat di pantai kebis tempat dilalui peziarah setiap tahunnya. Umat Katolik Larantuka berkeyakinan Patung Tuan Ma dihadiahkan imam Dominikan (Rohaniwan Katolik) asal Portugis bagi warga Larantuka yang baru memeluk agama Katolik pada abad ke-16.  

Peristiwa dan sejarah masa silam kehadiran Tuan Ma (Bunda Maria) di Pantai Kebis-Larantuka meninggalkan jejak yang sampai saat ini tetap dilestarikan. Peristiwa sejarah tersebut berawal dari Perjumpaan seorang Rasiona dengan seorang gadis yang berparas sangat cantik di bibir pantai Kebis. Dalam perjumpaan ini Si Gadis Cantik meninggalkan tulisan di atas pasir yang sangat bermakna bagi umat Katolik  “Ratu Reinha Rosari”  sesaat kemudian Si Gadis Cantik itu berubah wujud menjadi patung Bunda Maria.

 
Peristiwa tersebut selanjutnya oleh seorang Misonaris Dominikan yang melakukan tugas Misonarisnya di Bumi Lewotana ini menterjemahkanya tulisan di atas pasir tersebut dalam tiga kata yang artinya  Ratu Reinha Rosari.  Melalui tulisan itu, sang misionaris tahu ternyata Bunda Maria telah mendahuluinya  ke bumi Lamaholot untuk menanamkan benih iman Katolik bagi segenap penghuni bumi Lamaholot ini.  

Mengenang dan memperingati Bunda Maria di masa Pekan Suci tahun ini tepatnya diusia yang ke 500 tahun, selain umat menyatakan imannya akan penyelenggaraan kasih Bunda Maria, kita juga mengenang akan sejarah keberadaannya, kita mengenang iman umat Larantuka, kita mengenang kembali karya misionaris, kita mengenang kembali tradisi portugis dan yang lebih dari itu kita mengenang  kembali persekutuan umat, kebersamaan umat tanpa perbedaan.

Melelaui persitiwa ini Bunda Maria telah membuka diri, membuka jalan menjadi pintu  bagi umat-Nya.Pada roda Pemerintahan kala itu (dalam sistem kerajaan) Raja Don Lorenzo II DVG pada tahun 1887 menyerahkan kerajaan Larantuka kepada Bunda Maria dan tepatnya pada tanggal 8 september 1888 telah meletakan tongkat kerajaan Larantuka ke altar Bunda Maria.

Sementara itu pada tanggal 2 september 1954 (Alm) Mgr Gabriel Manek,SVD uskup Larantuka kala itu menyerahkan wilayah gerejani dengan semua umatnya kepada perlindungan Bunda Maria.pada tanggal 28 juli 1988 di Maumere,(Alm) Mgr Darius Nggawa SVD dalam kotbahnya mengatakan” dengan Maria kita kembangkan nilai-nilai Pancasila”.kembali pada tanggal 7 oktober tepatnya pada perayaan 500 tahun Tuan Ma,Mgr Fransiskus kopong Kung,Pr bersama Permaisuri raja larantuka,Ny Dona Martina DVG menyerahkan kembali tongkat kerajaan Larantuka kepada Bunda Maria.

Pekan ziarah Semana Santa setiap tahun di Larantuka, keturunan Raja Larantuka diberi kesempatan pertama membuka pintu kapela dan mencium Tuan Ma diikuti para Kepala Suku, Mardomu (para pendoa,) dan para peziarah. Tempat patung Bunda Maria atau Tuan Ma disimpan untuk melantunkan kidung-kidung pujian yang diikuti dengan perayaan misakudus  yang dihadiri oleh ribuan jemaat dengan berlutut di depan altar sambil menyalakan lilin.

Sebelum memasuki prosesi perarakan patung keliling kota Larantuka pada hari Jumat Agung, pekan Semana Santa sejak hari Rabu yang disebut Rabu Trewa atau Rabu terbelenggu untuk mengenang Yesus Kristus kala dikhianati Yudas Iskariot dan dibelenggu tentara romawi kemudian diseret mengelilingi kota Nazareth. Pada malam Rabu Trewa, warga di luar kapel membunyikan berbagai peralatan untuk menggambarkan kegaduhan dengan memukul tutupan kaleng atau menyeret sehelai seng untuk mengenang kegaduhan saat Yesus diarak.

Usai Rabu Trewa, ritual berikutnya adalah perayaan hari kamis putih yang ditandai dengan kegiatan tikam turo atau memasang tiang-tiang tempat lilin sepanjang jalur jalan yang akan dilewati selama prosesi Jumad Agung mengarak patung Tuan Ma dan Arca Yesus keliling kota Larantuka dengan berdoa da melantunkan lagu-lagu Maria tanda perkabungan wafatNya Yesus Kristus.

Usai kegiatan tikam turo, umat berduyun-duyun menuju Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana (arca Yesus) untuk mengikuti upacara Muda Tuan. Muda Tuan merupakan acara memandikan patung Tuan Ma yang dilakukan keluarga Raja Larantuka dan beberapa orang-orang pilihan. Saat inilah diyakini warga Larantuka, orang-orang tertentu akan diselimuti keharuan ketika mengenakan Opa atau jubah putih perlambang kesucian.

Mereka adalah orang-orang pilihan yang mendapat anugerah untuk memandikan patung Tuan Ma. Suatu Ritual kuno dalam ruangan yang telah dijaga kerahasiaan selama 5 abad ini. Tidak semua orang bisa mengikuti acara Muda Tuan, namun hanya sosok yang dianggap bijaksana dan pernah terpilih sebagai pengurus konferia. Merekapun harus bersaksi dibawah sumpah Kristus untuk merahasiakan pengalaman yang dialami sepanjang ritual karena diyakini dapat menemui ajal jika membuka rahasia itu.

Ritual tersebut terus dilanjutkan pada hari Jumad pagi atau Jumad Agung mengenang hari kematian Yesus. Ribuan peziarah yang datang dari segala penjuru dunia berkumpul di Kapela Tuan Menino di Kota Rowido Lingkungan Sarotari untuk menggelar misa pertama menyembah Tuan Menino (Arca Yesus) yang ditemukan terdampar di pantai berabad silam.

Patung Tuan Manino adalah patung yang disemayamkan di sebuah peti mati kemudian diarak dengan bhero (perahu) khusus yang terbuat dari kayu. Bero tersebut tidak dipasang mesin selama prosesi, bero tersebut digerakan dengan menggunakan dayung oleh petugas yang terpilih oleh suku tertentu.

 Proses prosesi laut dari kapela Tuan Menino ke pantai Pohon Siri sepanjang jalan prosesi Bero Tuan Manino, tidak boleh dilewati oleh bero yang lain atau kapal motor pesiara yang lainya. Ribuan pesiara ikut dalam prosesi laut ini sambil berdoa memohon berkat dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain umat yang mengunakan perhau motor di laut tidak ketinggalan ribuan umat yang lain yang mengunakan jalan darat sambil melantumkan doa dan nyian puji-pujian.

Di pantai Kuce, peti Tuan Menino kembali diarak sampai ke armida atau tempat persinggahan patung yesus dan Bunda Maria pada jalur prosesi Jumad Agung. Saat itu ribuan umat larut dalam berbagai ujud khusus, sambil berjalan menuju kapela Tuan Ma untuk menghantar patung Bunda Maria ke gereja Katedral Larantuka.

Prosesi Jumad Agung yang mengukuhkan Larantuka sebagai kota Reinha Rosari ini belum selesai. Pada pukul 19.00 waktu setempat, usai misa Agung cium salib Yesus, ribuan umat  Katolik Larantuka dan para peziarah berkumpul di halaman gereja katedral untuk mengarak patung Bunda Maria yang biasa disebut Tuan Ma bersama Arca Yesus keliling kota yang melambangkan perhentian jalan salib Yesus hingga wafat di salib, Peristiwa ini mengingatkan umat Katolik untuk merenungkan penderitaan Yesus sampai wafat di salib besama Bunda Maria (Ibu Yesus). Suasana hening disaat menyinggahi 8 armida untuk mendengarkan ovos atau lagu pilihan bahasa latin.

Prosesi mengarak patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (arca Yesus) berlangsung hingga sabtu dinihari, hal ini terjadi karena banyaknya peziarah yang mengikuti prosesi setiap tahunnya. Kesaksian sejumlah peziarah yang sebelumnya datang dengan ujud khusus, selalu terkabulkan sehingga setiap tahunnya jumlah peziarah meningkat karena setiap pesiara selalu datang kembali untuk mengucapkan syukur bersama keluarga atau sahabat.

Pesiara mulai berdatangan di kota Larantuka, sejak haris Selasa. Pesiara biasanya menginap di hotel dan penginapan atau di rumah warga. Biasanya dua minggu menjelang Pekan Semana Santa semua hotel dan penginapan sudah diboking para pesiara. Namun walaupun hotel dan penginapan penuh umat tidak perna surut untuk datang ke Larantuka karena masyarakat Larantuka siap menampung pesiara di rumah mereka selama kegiatan Semana Santa.  

Warga Larantuka adalah warga yang berbudi adat tinggi dengan semangat  Budaya Lamaholot, orang Flores Timur menjadi terkenal dengan masyarakat yang  ramah tamah dan sopan santun mereka  menerima semua tamu yang ingin numpang nginap serta memberikan penjelasan seputar informasi kegiatan Semana Santa.

 Selain itu, para tamu juga biasanya diarahkan untuk mendaftar ke panitia perayaan di gereja Katedral Larantuka untuk memperoleh tanda pengenal dan buku panduan kegiatan. Untuk mengikuti prosesi pekan Semana Santa yang mengarak Tuan Ma dan Tuan Menino keliling kota Larantuka itu tak perlu merabah kocek yang banyak selama berada di kota Larantuka karena kehidupan warga masyarakat yang ramah membuat semua tamu merasa betah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar